Garut sudah lama identik dengan dua D, yang pertama adalah Dodol. Makanan khas Garut yang memiliki rasa manis dan tekstur kenyal. Ingat Garut pasti ingat Dodol. D yang kedua adalah domba. Di Garut ada semacam kebanggaan memiliki domba keturunan unggul dengan bentuk tanduk yang besar dan kuat. Dogar atau Domba Garut sering diperlombakan dalam seni ketangkasan dan keindahan.
Tapi kali ini saya tidak akan membahas keduanya, ada hal indah lain yang menarik untuk ditelusuri. Tidak lain dan tidak bukan adalah keindahan alam berbalut dengan sejuknya udara khas Swiss Van Java ini. Tujuan utama adalah mengunjungi air terjun Sanghyang Taraje yang terletak di desa Pakenjeng Kabupaten Garut.
Let’s Go, mari kita ber-ESKAPISME di akhir pekan.
Arti dari Sanhyang Taraje
Nama curug ini memang terkesan sangat megah. Dalam bahasa sunda, Sanghyang memiliki makna sebagai sebutan untuk dewa atau raja di zaman dahulu, dan Taraje berarti tangga. Jadi curug Sanghyang Taraje dapat dimaknai sebagai tangga yang dipakai dewa-dewa untuk menuju ke kahyangan (tempat dewa-dewa).
Sekilas dari jauh air terjun kembar ini memang mirip tangga raksasa yang menjulang tinggi.
Berbagai legenda menyelimuti curug setinggi 82 meter ini. Salah satu yang terkenal adalah kisah Sangkuriang menggunakan air terjun untuk mengambil bulan yang dipersembahkan kepada Dayang Sumbi. Legenda inilah yang menjadi cikal bakal Tangkuban Perahu.
Jika benar ini adalah air terjunnya para dewa, pasti ada kesan magis yang dapat dirasakan. Salah satu yang nyata adalah mata, telinga, dan pikiran yang tersegarkan ketika menikmati suasana. Seakan terhipnotis untuk duduk berlama-lama.
Rute menuju Curug Sanghyang Taraje
Untuk menuju lokasi air terjun atau curug Sanghyang Taraje, diperlukan berkendara motor dari kota Garut selama kurang lebih 1 jam 40 menit. Dengan jarak tempuh sekitar 45.6 kilometer.
Dari kota Garut bisa mengambil jalan kearah menuju Cikajang. Sebelum masuk kota Cikajang, akan bertemu pertigaan. Ke kiri kearah pantai Santolo dan ke kanan menuju Bunglubang. Ambil jalan ke kanan, jangan sampai salah kearah pantai Santolo ya.
Rute ini juga melewati curug Orok, silahkan jika mau menikmati sepaket dengan curug Sanghyang Taraje. Karena lokasi keduanya berjarak sekitar 15 kilometer.
Setelah melewati curug Orok, perjalanan menuju ke desa Cisandaan. Ambil jalan ke kanan menuju Pamulihan ketika menemui pertigaan. Jalan terus sampai bertemu SMP Pamulihan.
Perjalanan berikutnya adalah dengan melalui jalan desa setelah melewati SMP Pamulihan. Hati-hati, karena akan banyak tanjakan dan turunan curam dengan kondisi jalan yang kurang bagus. Pastikan kondisi kendaraan aman ya.
Sisa perjalanan tinggal mengikuti jalan desa sampai nanti bertemu tempat penitipan kendaraan. Sebaiknya kendaraan dititipkan disini, karena kondisi jalan menuju ke curug berupa turunan yang sangat tajam.
Sedikit bertanya dijalan juga sangat disarankan agar tidak tersesat. Warga Garut sangat ramah ketika dimintai bantuan.
Suara air terjun Sanghyang Taraje mulai terdengar setelah 10 menit berjalan kaki. Megahnya curug mulai terlihat juga di balik rimbunnya pohon dan dedaunan. Pada gerbang masuk bisa dijumpai loket dan warung kecil untuk sekedar ngopi dan jajan sembari melepas lelah di perjalanan.
Tips
- Untuk menuju Garut dari luar kota, dapat menggunakan moda transportasi kereta api.
- Pilih stasiun pemberhentian di stasiun Leles atau Cikajang. Bisa juga menggunakan bus Primajasa (Jakarta/Bandung) turun di terminal Garut. Sangat disarankan membawa kendaraan pribadi (mobil/motor) untuk menuju curug Sanghyang Taraje.
Tergolong sulit untuk menemukan persewaan kendaraan terlebih motor. - Karena minimnya informasi rental motor yang tersedia di internet. Alternatifnya, bisa mencoba bertanya informasi seputar persawaan motor kepada penginapan.
- Menyewa motor di pangkalan ojek, atau bila rombongan banyak bisa menyewa taxi online dengan kesepakan offline. Pssstt.. skill negoisasi dan improvisasi kamu diperlukan disini.
Isi BBM full tank dari kota sangat disarankan.
Untuk pengendara motor, sangat disarankan untuk membawa jas hujan dan pakaian quick dry. Karena intensitas hujan gunung tinggi setelah melalui pukul 12.00 WIB. - Perhatikan alas kaki juga agar tetap nyaman.
Nikmati perjalanan menembus kabut dengan pemandangan kebun teh.
Pantulan air dari curug sangat tinggi dan mudah terbawa angin. Pastikan alat elektronik aman. Bagi yang suka motret, jangan lupa membawa cleaning kit. - Karena uap air sering menyerang lensa.
Tiket masuk seharga Rp. 6.000,- /orang. Akan lebih mahal apabila musim liburan sekolah, hari raya, atau long weekend. Bersiap dana cadangan lebih bagus. - Sehabis menikmati curug, dan kebetulan malas berjalan menuju pernitipan motor. Bisa meminta bantuan pemuda sekitar yang sedang nongkrong untuk jadi ojek. Tarifnya Rp. 10.000,- s/d Rp. 15.000,- tergantung skill nego kamu.
- Jaga kebersihan ya, jangan meninggalkan sampah di area curug. Be a responsible traveler.